Rabu, 20 April 2011

Panorama Bima

Persawahan Sape
Pantai Rontu
Merupakan pantai yang terletak di monta kab. bima dengan hamparan pasir putih yang indah. untuk mencapai pantai rontu dapat menggunakan kendaraan pribadi yang memakan waktu kurang lebih 1,5 jam dari kota bima. 

Pantai Kalaki
Merupakan obyek wisata andalan yang berada di kawasan Teluk Bima dengan jarak tempuh 11 km dari kota Bima. Lokasinya sangat strategis karena berada di jalan Negara Sumbawa-Bima. Pantai Kalaki cocok untuk melakukan banyak kegiatan bahari dikarenakan tersedianya banyak fasilitas dan aneka hiburan laut seperti wisata sepeda air, perahu, dll. 

Pantai Kolo

Air Terjun Rora

Nitu

Ule
Sisi utara teluk Bima memanjang sekitar 20 kilometer dari ujung utara kelurahan Melayu Kota Bima hingga kelurahan Kolo di ujung utara. Disini terbentang pantai-pantai dan teluk-teluk mungil yang indah mempesona. Ada empat teluk Mungil yang telah lama menjadi tempat persinggahan kapal-kapal nelayan dan para pedagang sejak dulu, yaitu teluk So Nggela, Toro Londe,  Bonto serta Kolo. Disamping itu, terdapat pantai-pantai yang indah seperti pantai Oi Ule, So Nggela, Bonto, serta Pantai pasir putih So Ati yang berada di ujung utara pantai Kolo.
(http://alanmalingi.wordpress.com/2010/07/01/teluk-di-bibir-teluk/)
Bonto Ule

Oi Fo'o

Pantai Ambalawi
Hamparan pantai ini terletak di kecamatan ambalawi wera, dapat ditempuh dengan 1 jam perjalan darat.

Bajo Pulo
Bajo Pulo
Pantai dengan hamparan batu karang indah dan pasir putih yang masih alami, terletak di ujung kecamatan kabupaten bima yaitu sape, dari sape dapat di jangkau dengan menggunakan alat transportasi perahu yang memakan waktu kurang lebih 10 menit.
So Spui

Pantai ini terletak di kilometer dua hingga kilometer empat di jalan lintas Nipa-Kolo. Hamparan pasir putih yang berpadu dengan sejuknya semilir angin dari pegunungan di sekitarnya adalah pilihan tepat bagi setiap orang untuk berwisata di tempat ini.Pantai ini dapat dilalui kendaraan baik Roda dua maupun Roda Empat. Pantai ini dapat ditempuh sekitar 1 jam perjalanan dari Kota Bima menuju kecamatan Ambalawi

Pantai Lawata
Pantai ini terletak sedikit keluar kota, merupakan kawasan wisata favorit masyarakat bima. pantai ini merupakan bukit kecil dengan beberapa gua peninggalan jaman jepang.
Pantai Rontu


Sabtu, 16 April 2011

Tradisi U'a Pua

“Perayaan Hanta U’a Pua tidak hanya sekedar prosesi biasa, tetapii Hanta U’a Pua mengandung sebuah janji yang disimbolisasikan dengan siri puan yang dihantarkan oleh Penghulu melayu kepada Sultan Bima kala itu. “ bahwa setiap pembesar Dana Mbojo dari Sultan, Turelli, Jeneli dan Gelarang harus berpegang teguh ajaran Islam dengan benar dan sungguh-sungguh”. Itulah perkataan yang tertulis dalam naskah-naskah lama.
Perayaan Hanta U’a Pua sendiri sebenarnya mulai dilaksanakan pada masa Pemerintahan Sultan Abil Khair. Pada saat itu, U’a Pua merupakan sebuah prosesi budaya, karena Sultan Abil Khair sangat cinta terhadap seni dan budaya.  Makanya,  para penerus keluarga Melayu yang menyebarkan Islam di tanah Bima menyepakati agar Islam tetap terus dapat di syiarkan di tanah Bima dibuatlah sebuah prosesi seni dan budaya, tetapi tidak meninggalkan nilai-nilai syiar Islam.

Jadilah prosesi adat Hanta U’a Pua sebuah perpaduan seni dengan prosesi ritual yang mensimbolkan tentang janji yang harus selalu diingat oleh Sultan”, janji dan peringatan ini disimbolisasikan dengan 99 buah bungan telur (bunga dolu) yang melambangkan asmaul husnah. Bungan dolu inilah yang menjadi sirih puan, setelah pada malam harinya di Kampung melayu diadakan dzikir roko.

Keesok harinya, sirih puan diusung menggunakan uma lige. Juga didalamnya terdapat tarian, yaitu tarian lenggo mbojo dan tarian lenggo melayu. Tari-tarian inilah yang menjadi sebuah kesenian yang sakral pada saat itu. Sakral karena tariang lenggo mbojo dan melayu ini hanya dipertunjukan pada saat-saat tertentu saja, seperti pada perayaan-perayaan Islam. “begitulah perayaan U’a Pua adalah prosesi adat yang dipadukan dengan seni yang tentunya bernuansa islami, Islampun tetap terus di syiarkan sekaligus mengingatkan Sultan untuk terus menjalankan Islam dengan benar dan bersungguh-sungguh”.